SIAPAKAH JUARA BLUNDER MINGGU INI?
Ustadz Haikal Hassan Baras menyentil PARA PEJABAT yang melaksanakan BLUNDER yang menjadi perhatian luas publik dan menghiasi pemberitaan di media online maupun media sosial.
Melalui jajak pendapat di akun twitternya, Babe Haikal menanyakan kepada warganet SIAPA JUARA BLUNDER dari 3 NOMINASI...
"Juara blunder ahad ini, nominasinya adalaahhh:
1. Rudiantara (menkominfo) sebagai akhir ucapannya: yang honor kau siapa.
2. Menpora soal edaran nyanyi Lagu Indonesia Raya di bioskop.
3. Kurangajar nya pimpinan PPP yang minta mbah Moen koreksi doa.
Dan pemenangnya yaitu : ..... Silahkan vote.."
Silakan vote di kolom komentar dan alasannya...
3. Kurangajar nya pimpinan PPP yang minta mbah Moen koreksi doa.
Dan pemenangnya yaitu : ..... Silahkan vote.."
Silakan vote di kolom komentar dan alasannya...
Pekan Blunder Nasional Para Pendukung Jokowi
Pekan terakhir bulan Januari dan awal Februari ini layak kita nobatkan sebagai “pekan blunder nasional.”
Hanya dalam waktu dua hari, menteri dan ketua umum partai pendukung Jokowi menciptakan tiga blunder besar. Dalam pertandingan sepakbola, insiden semacam ini disebut sebagai hattrick gol bunuh diri. Peristiwa yang jarang terjadi.
Blunder pertama dilakukan oleh Menkominfo Rudiantara. Kamis (31/1) Chief RA, begitu beliau biasa dipanggil, murka kepada seorang pegawai yang menyatakan sesuai akidah menentukan nomor dua sehabis mendengar visi misinya.
Nomor 02 yaitu paslon Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019. Padahal yang ditanyakan pilihan desain poster untuk kampanye sosialisasi pemilu. Saking sebelnya Rudi pribadi murka dan bertanya “Yang honor kau siapa?!”
Kemarahan Rudi ini kemudian menjadi trending topic yang paling banyak dibicarakan warga dunia maya di Indonesia, bahkan dunia.
Selang sehari kemudian Jumat (1/2) Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menambah gol bunuh diri. Dia mencabut surat edaran menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pemutaran film di bioskop.
Surat Edaran tersebut diterbitkan pada Rabu (30/1) dengan tujuan menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta Tanah Air di kalangan generasi muda. Namun alasannya yaitu menerima respon negatif, selang dua hari kemudian dicabut.
Pada hari yang sama beredar rekaman video Kyai Maimoen Zubair (Mban Moen) salah mendoakan Prabowo menjadi Presiden RI, padahal di sebelahnya Jokowi duduk dengan takzim dan dua tangan terangkat, mengaminkan doa itu. Video tersebut pribadi viral dan menjadi trending topic utama di Indonesia.
Yang jadi problem ternyata dalam video tersebut tampak Ketua Umum PPP Romahurmuziy (Rommy) segera menghampiri Mbah Moen dan minta semoga doa tersebut diralat.
Tak hanya hingga disitu, ternyata Rommy bersama Jokowi “mengejar” Mbah Moen hingga ke kamar tidurnya. Di kamar tersebut Rommy nge-vlog dan terlihat mengarahkan Mbah Moen semoga mendoakan Jokowi sebagai Presiden RI.
Ada kesan sangat kuat Rommy memaksakan Mbah Moen untuk mengucapkan pinjaman kepada Jokowi. Namun Mbah Moen terlihat sangat diplomatis menanggapi tekanan Rommy.
Kian menggerus elektabilitas
Dilihat dari kadar kesalahan, dua gol bunuh diri yang dibentuk oleh Rudiantara, dan Rommy paling parah. Sementara gol bunuh diri yang dibentuk oleh Imam Nahrawi kadarnya tergolong lumayan.
Apa yang dilakukan Rudiantara yaitu sebuah fenomena “gunung es” di kalangan pemerintahan Jokowi. Mereka menganggap dirinya sebagai personifikasi negara.
Dalam literatur politik kenegaraan, fatwa semacam itu sering dikaitkan dengan ucapan Raja Louis XIV dari Perancis yang pernah berucap “ L’État, c’est moi,” negara yaitu saya. Sebuah cara berpikir bahwa seorang raja memiliki kekuasaan yang mutlak.
Blunder pertama dilakukan oleh Menkominfo Rudiantara. Kamis (31/1) Chief RA, begitu beliau biasa dipanggil, murka kepada seorang pegawai yang menyatakan sesuai akidah menentukan nomor dua sehabis mendengar visi misinya.
Nomor 02 yaitu paslon Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019. Padahal yang ditanyakan pilihan desain poster untuk kampanye sosialisasi pemilu. Saking sebelnya Rudi pribadi murka dan bertanya “Yang honor kau siapa?!”
Kemarahan Rudi ini kemudian menjadi trending topic yang paling banyak dibicarakan warga dunia maya di Indonesia, bahkan dunia.
Selang sehari kemudian Jumat (1/2) Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menambah gol bunuh diri. Dia mencabut surat edaran menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pemutaran film di bioskop.
Surat Edaran tersebut diterbitkan pada Rabu (30/1) dengan tujuan menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta Tanah Air di kalangan generasi muda. Namun alasannya yaitu menerima respon negatif, selang dua hari kemudian dicabut.
Pada hari yang sama beredar rekaman video Kyai Maimoen Zubair (Mban Moen) salah mendoakan Prabowo menjadi Presiden RI, padahal di sebelahnya Jokowi duduk dengan takzim dan dua tangan terangkat, mengaminkan doa itu. Video tersebut pribadi viral dan menjadi trending topic utama di Indonesia.
Yang jadi problem ternyata dalam video tersebut tampak Ketua Umum PPP Romahurmuziy (Rommy) segera menghampiri Mbah Moen dan minta semoga doa tersebut diralat.
Tak hanya hingga disitu, ternyata Rommy bersama Jokowi “mengejar” Mbah Moen hingga ke kamar tidurnya. Di kamar tersebut Rommy nge-vlog dan terlihat mengarahkan Mbah Moen semoga mendoakan Jokowi sebagai Presiden RI.
Ada kesan sangat kuat Rommy memaksakan Mbah Moen untuk mengucapkan pinjaman kepada Jokowi. Namun Mbah Moen terlihat sangat diplomatis menanggapi tekanan Rommy.
Kian menggerus elektabilitas
Dilihat dari kadar kesalahan, dua gol bunuh diri yang dibentuk oleh Rudiantara, dan Rommy paling parah. Sementara gol bunuh diri yang dibentuk oleh Imam Nahrawi kadarnya tergolong lumayan.
Apa yang dilakukan Rudiantara yaitu sebuah fenomena “gunung es” di kalangan pemerintahan Jokowi. Mereka menganggap dirinya sebagai personifikasi negara.
Dalam literatur politik kenegaraan, fatwa semacam itu sering dikaitkan dengan ucapan Raja Louis XIV dari Perancis yang pernah berucap “ L’État, c’est moi,” negara yaitu saya. Sebuah cara berpikir bahwa seorang raja memiliki kekuasaan yang mutlak.
Rudiantara bukan satu-satunya orang yang berpikir semacam itu. Klaim-klaim keberhasilan pembangunan oleh pemerintahan Jokowi, mengatakan ada kecenderungan pengkultusan pribadi. Jokowi juga pernah menyanyikan sebuah lagu yang direkam dan disebar ke publik “Saya Pancasila. Saya Indonesia.”
Kemarahan Rudi kepada pegawai yang menyebar luas ke publik itu sanggup dipastikan akan menggerus secara signifikan elektabilitas Jokowi di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN). Sikap itu juga akan kuat besar terhadap mereka yang belum tetapkan pilihan (undecided voter). Mereka tidak suka dengan sikap besar kepala seorang pejabat, dan menganggap dirinya sebagai negara.
Setelah Rudi, gol bunuh diri Rommy juga akan berdampak serius terutama di kalangan para santri, khususnya kaum nahdliyin.
Sikap Rommy mengejar Mbah Moen hingga di kamar pribadi, sanggup dianggap sebagai su’ul adab. Perangai jelek yang tidak pada tempatnya dilakukan seorang santri kepada seorang kiai yang sangat dihormati.
Kamar kiai sepuh itu selama ini yaitu wilayah privat yang sangat “dikeramatkan” oleh para santrinya. Tidak sembarangan tamu boleh masuk, kecuali memang diundang masuk.
Mbah Moen yaitu seorang kiai sepuh yang sangat dihormati. Para santrinya yang sering disebut sebagai santri Sarang jumlahnya sangat besar.
Pada bulan September 2018 Prabowo Subianto juga sempat berkunjung ke rumah Mbah Moen. Saat itu Prabowo didoakan menjadi pemimpin Indonesia. Kali ini tidak ada kesalahan. Mbah Moen dengan sempurna melafadzkan do’anya.
Gol bunuh diri Imam Nahrawi boleh lah kita sebut kesalahan yang relatif ringan. Namun kesalahan tersebut sangat sering terjadi dalam pemerintahan Jokowi. Pembatalan sebuah keputusan hanya dalam hitungan hari, bahkan jam, sangat sering terjadi.
Pekan kemudian keputusan Jokowi membebaskan Abu Bakar Ba’asyir dari penjara menerima sorotan tajam dan banyak dikritik. Analisis internal TKN menyebut sanggup berdampak menggerus elektabilitas Jokowi hingga 4%.
Keputusan tersebut kemudian dibatalkan oleh pemerintah. Menko Polhukam Wiranto bahkan menyebut sebagai keputusan presiden yang grusah-grusuh.
Dengan banyaknya keputusan yang dianulir, maka gol bunuh diri Imam Nahrawi tidak sanggup lagi dianggap sebagai kesalahan ringan. Langkahnya menerbitkan Surat Edaran dan dua hari kemudian dicabut, semakin menegaskan amburadulnya manajemen pemerintahan Jokowi.
Dengan semakin dekatnya hari pemungutan suara, dan tekanan publik yang semakin keras, tidak tertutup kemungkinan Jokowi dan timnya akan kembali melaksanakan blunder-blunder besar.
Dalam pertandingan sepakbola, sebuah tim yang tertekan, biasanya akan semakin banyak melaksanakan kesalahan di menit-menit simpulan ( injury time ). Tanda-tanda itu terlihat faktual pada Jokowi dan para pendukungnya.
Tiga gol bunuh diri berturut-turut pada partai final, biasanya mengatakan sebuah tim sudah panik. Mereka ngotot mengejar selisih gol, tapi lupa bertahan.
Apakah Jokowi dan TKN sanggup membalikkan posisi, dan mengangkat kembali moral tim yang sedang runtuh.
Ketua TKN Erick Thohir sebagai kapten tim Jokowi mengaku sudah tak sabar menunggu Pilpres pada tanggal 17 April 2019. Dia ingin cepat-cepat kembali ke habitatnya semula sebagai pedagang. Tekanan politik nampaknya terlalu berat untuk ditanggungnya. end
Penulis: Hersubeno Arief
Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News
0 Comments:
Posting Komentar