Oleh: Yannah Akhras
ENTAH fenomena apakah ini? Saat istri kurang puas atas kondisi suami, ia ceritakan hampir semua kejelekan suaminya. Lupa bahwa suami ialah orang yang telah bersusah-payah menafkahinya.
Entah fenomena apakah ini? Saat istri duduk berkumpul dengan teman-temannya, ia luapkan segala belakang layar rumah tangganya. Bahkan perihal kekurangan yang melingkupi keluarganya.
Adalah suatu hari, Nabi Ibrahim tiba berkunjung ke rumah putranya, Ismail, guna mengetahui kondisinya. Namun ternyata, ketika itu Ismail sedang ada keperluan di luar. Nabi Ibrahim ditemui oleh menantunya.
Saat Nabi Ibrahim bertanya perihal apa yang terjadi di dalam keluarganya, sang menantu menjawab, “Keluargaku hidup serba kekurangan. Kami dalam kondisi begini dan begitu.” Diceritakanlah seluruh keburukan yang ada.
Saat Nabi Ibrahim hendak pulang, ia berpesan pada menantunya semoga Ismail segera mengganti daun pintunya.
Dan ketika pesan tersebut disampaikan, Ismail eksklusif memahami maksud pesan tersebut. “Tahukah kamu siapa yang tiba tadi?” tanya Ismail.
Istrinya menggeleng pelan.
“Ia ialah ayahku. Daun pintu yang ia maksud ialah kamu istriku. Maka persaksikanlah, mulai ketika ini, saya menceraikanmu,” lanjut Ismail.
Beberapa waktu kemudian, Ismail menikah lagi dengan orang lain. Nabi Ibrahim pun kembali bertandang. Ternyata, kali ini pun Ismail tidak di rumah. Istrinya yang menemui Nabi Ibrahim.
“Bagaimana kondisi keluargamu?” tanyanya.
Wanita yang merupakan istri Ismail menjawab, “Kondisi kami dalam kebaikan. Kami makan daging dan minum air.”
Nabi Ibrahim tersenyum. Ia berpesan kepada si wanita, kalau nanti suaminya pulang. “Pertahankan daun pintumu,”
ucapnya.
Entah fenomena apakah ini? Saat istri duduk berkumpul dengan teman-temannya, ia luapkan segala belakang layar rumah tangganya. Bahkan perihal kekurangan yang melingkupi keluarganya.
Adalah suatu hari, Nabi Ibrahim tiba berkunjung ke rumah putranya, Ismail, guna mengetahui kondisinya. Namun ternyata, ketika itu Ismail sedang ada keperluan di luar. Nabi Ibrahim ditemui oleh menantunya.
Saat Nabi Ibrahim bertanya perihal apa yang terjadi di dalam keluarganya, sang menantu menjawab, “Keluargaku hidup serba kekurangan. Kami dalam kondisi begini dan begitu.” Diceritakanlah seluruh keburukan yang ada.
Saat Nabi Ibrahim hendak pulang, ia berpesan pada menantunya semoga Ismail segera mengganti daun pintunya.
Dan ketika pesan tersebut disampaikan, Ismail eksklusif memahami maksud pesan tersebut. “Tahukah kamu siapa yang tiba tadi?” tanya Ismail.
Istrinya menggeleng pelan.
“Ia ialah ayahku. Daun pintu yang ia maksud ialah kamu istriku. Maka persaksikanlah, mulai ketika ini, saya menceraikanmu,” lanjut Ismail.
Beberapa waktu kemudian, Ismail menikah lagi dengan orang lain. Nabi Ibrahim pun kembali bertandang. Ternyata, kali ini pun Ismail tidak di rumah. Istrinya yang menemui Nabi Ibrahim.
“Bagaimana kondisi keluargamu?” tanyanya.
Wanita yang merupakan istri Ismail menjawab, “Kondisi kami dalam kebaikan. Kami makan daging dan minum air.”
Nabi Ibrahim tersenyum. Ia berpesan kepada si wanita, kalau nanti suaminya pulang. “Pertahankan daun pintumu,”
ucapnya.
Dan benarlah. Saat menerima pesan yang disampaikan oleh istrinya, Ismail berujar bahagia. “Tahukah kamu siapa yang tiba tadi? Ia ialah ayahku. Daun pintu yang ia maksud ialah dirimu. Aku akan mempertahankanmu sebagai istri.”
Apa pesan yang terkandung dari kisah ini?
Istri ialah menyerupai daun pintu. Tempat keluar dan masuk di sebuah rumah atau bangunan. Jika daun pintunya rusak, maka apa yang ada di dalam bangunan akan tampak dari luar. Dan sanggup jadi semua orang sanggup gampang memasukinya. Termasuk orang-orang yang berniat jahat.
Sebaliknya, kalau daun pintunya cantik dan kokoh, bangunan akan kondusif dan terhindar dari bahaya. Tidak semua orang sanggup masuk tanpa ijin. Sulit bagi para penjahat untuk merusak bangunan tersebut.
Dan begitulah seharusnya para istri. Janganlah terlalu sering bercerita mengenai kehidupan rumah tangga. Apatah lagi menyangkut perihal kekurangan yang ada di rumah kita. Bagaimana pun, rumah yang kita bina wajib kita jaga. Jangan hingga ada penyusup ataupun setan ikut campur dalam rumah tangga ini.
Zaman semakin maju. Kehidupan sosial semakin gampang terjelajahi. Pun merebaknya banyak sekali media umum kadang menjadi momok tersendiri bagi sebuah hubungan. Ada problem sedikit, bukannya diselesaikan, malah diposting jadikan status. Ada kecemburuan yang merebak, bukannya ditanyakan baik-baik kepada pasangan, justru disebar perasaan itu via media. Hingga yang ada, orang lain (baca: publik) justru lebih mengakses suasana hati kita dibandingkan pasangan kita, bagian jiwa kita. Naudzubillah!
Bijaklah dalam memakai media sosial. Meskipun itu ialah akun pribadimu, namun sejatinya ia ialah milik publik. Jika ada permasalahan dalam rumah tangga, selesaikan berdua. Jika masih belum sanggup dituntaskan berdua, ambil penengah dari kalangan terpercaya, ajaklah berembug di dalam rumah. Sungguh hal tersebut lebih mulia bagimu.
Wallahu alam.
Istri ialah menyerupai daun pintu. Tempat keluar dan masuk di sebuah rumah atau bangunan. Jika daun pintunya rusak, maka apa yang ada di dalam bangunan akan tampak dari luar. Dan sanggup jadi semua orang sanggup gampang memasukinya. Termasuk orang-orang yang berniat jahat.
Sebaliknya, kalau daun pintunya cantik dan kokoh, bangunan akan kondusif dan terhindar dari bahaya. Tidak semua orang sanggup masuk tanpa ijin. Sulit bagi para penjahat untuk merusak bangunan tersebut.
Dan begitulah seharusnya para istri. Janganlah terlalu sering bercerita mengenai kehidupan rumah tangga. Apatah lagi menyangkut perihal kekurangan yang ada di rumah kita. Bagaimana pun, rumah yang kita bina wajib kita jaga. Jangan hingga ada penyusup ataupun setan ikut campur dalam rumah tangga ini.
Zaman semakin maju. Kehidupan sosial semakin gampang terjelajahi. Pun merebaknya banyak sekali media umum kadang menjadi momok tersendiri bagi sebuah hubungan. Ada problem sedikit, bukannya diselesaikan, malah diposting jadikan status. Ada kecemburuan yang merebak, bukannya ditanyakan baik-baik kepada pasangan, justru disebar perasaan itu via media. Hingga yang ada, orang lain (baca: publik) justru lebih mengakses suasana hati kita dibandingkan pasangan kita, bagian jiwa kita. Naudzubillah!
Bijaklah dalam memakai media sosial. Meskipun itu ialah akun pribadimu, namun sejatinya ia ialah milik publik. Jika ada permasalahan dalam rumah tangga, selesaikan berdua. Jika masih belum sanggup dituntaskan berdua, ambil penengah dari kalangan terpercaya, ajaklah berembug di dalam rumah. Sungguh hal tersebut lebih mulia bagimu.
Wallahu alam.
Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui gosip menarik lainnya @Tahukah.Anda.News
Bingung mau ngapain? mendingan main games online bareng aku?
BalasHapuscuman DP 20rbu aja kamu bisa dapatkan puluhan juta rupiah lohh?
kamu bisa dapatkan promo promo yang lagi Hitzz
yuu buruan segera daftarkan diri kamu
Hanya di dewalotto
Link alternatif :
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com