728x90 AdSpace

  • Latest News

    Bagaimana Asal Penciptaan Langit & Bumi Berdasarkan Al-Quran ?


    Asal Penciptaan Langit & Bumi Menurut al-Quran

      Ayo  Jalan Terus !  - Bisakah dijelaskan proses pnciptaan alam semesta berdasarkan al-Quran!
    Jawab:
    Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
    Prinsip penting yang perlu kita kedepankan dikala membahas duduk kasus azali (kejadian masa silam) atau duduk kasus ghaib secara umum yakni tidak menawarkan rincian tanpa bukti dan dalil yang shahih. Sebatas teori, tidak sanggup dijadikan acuan. Karena Allah tidak akan menanyakan duduk kasus ghaib yang kita tidak tahu dan yang tidak disebutkan dalam dalil.
    Karena Allah ta’ala mencela menawarkan komentar wacana duduk kasus ghaib, yang tidak mempunyai bukti.
    Diantaranya duduk kasus proses penciptaan alam semesta. Dalam al-Quran, Allah hanya menawarkan keterangan global dan tidak rinci. Hanya dengan mengetahui secara global, tanpa menggali yang lebih rinci, itu sudah cukup bagi seorang muslim.
    Allah tegaskan dalam al-Quran,
    مَا أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلا خَلْقَ أَنْفُسِهِمْ
    Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri (QS. al-Kahfi: 51)
    Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah dinyatakan,
    فأما الأيام الستة التي خلق الله فيها السموات والأرض فهي غيب لم يشهده أحد من البشر، ولا من خلق الله جميعاً
    Rentang 6 hari yang Allah jadikan waktu penciptaan langit dan bumi, sifatnya ghaib. Tidak ada satupun insan yang menyaksikannya, tidak pula makhluk Allah semuanya. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 190003)

    Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Al-Quran

    Allah ta’ala menceritakan proses penciptaan alam semesta dalam al-Quran. Ada yang bersifat global dan ada yang lebih rinci.
    Dalam klarifikasi global, Allah menegaskan bahwa Dia membuat langit dan bumi selama 6 hari. Allah tegaskan hal ini di tujuh ayat dalam al-Quran. Diantaranya,
    إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
    Sesugguhnya Tuhan kalian, yaitu Allah, Dialah yang membuat langit dan bumi dalam 6 hari, kemudian Dia beristiwa di atas Arsy. (QS. al-A’raf: 54).
    Allah juga berfirman di surat al-Furqan,
    وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ
    Sungguh Aku telah membuat langit dan bumi serta segala yang ada diantara keduanya dalam 6 hari, dan Aku tidak merasa capek. (QS. Qaf: 38).
    Keterangan lainnya Allah sebutkan di surat Yunus (ayat 3), Hud (ayat 7), al-Furqan (ayat 59), as-Sajdah (ayat 4), dan al-Hadid (ayat 4).
    Disamping klarifikasi global, Allah juga menawarkan klarifikasi lebih rincin, di surat Fushilat (ayat 9 hingga 12), Dia berfirman,
    قُلْ أَإِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَاداً ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ*
    Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kau kafir kepada Yang membuat bumi dalam dua hari dan kau adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu yakni Rabb semesta alam”. (9)
    وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ*
    Dan dia membuat di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia memilih padanya kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat hari. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (10)
    ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِين*
    Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, kemudian Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kau keduanya berdasarkan perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami tiba dengan suka hati” (11)
    فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظاً ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
    Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua hari. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang erat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (12).

    Makna Kata “Hari”

    Selanjutnya, kita akan memahami makna kata ‘hari’ yang disebutkan dalam banyak sekali ayat di atas.
    Ar-Raghib al-Asfahani mengatakan,
    اليوم -في لغة العرب- يعبر به عن وقت طلوع الشمس إلى غروبها، وقد يعبر به عن مدة من الزمان أي مدة كانت
    Kata ‘hari’ – dalam bahasa arab –, sanggup dipakai untuk menyebut rentang waktu antara terbit matahari hingga terbenamnya. Bisa juga untuk menyebut rentang waktu tertentu. (al-Mufradat, hlm. 553).
    Karena itulah, ulama berbeda pendapat dalam memahami kata ‘hari’ terkait proses penciptaan alam semesta.
    Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa anNihayah menyebutkan perbedaan pendapat ulama wacana makna ‘hari’ dalam ayat di atas. Beliau menyatakan ada dua pendapat ulama wacana makna kata ‘hari’ terkait penciptaan langit dan bumi,
    Pendapat Pertama, maknanya sebagaimana makna hari yang dikenal manusia, dimulai semenjak terbit matahari hingga terbenamnya matahari. Ini merupakan pendapat jumhur (mayoritas) ulama.
    Pendapat Kedua, bahwa satu hari dalam proses penciptaan alam semesta itu mirip 1000 tahun dalam perhitungan manusia. Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan dari Ibn Abbas, Mujahid, ad-Dhahak, Ka’b al-Ahbar, dan pendapat yang dipilih oleh Imam Ahmad sebagaimana keteragan dia dalam ar-Rad ‘ala al-Jahmiyah. Pendapat ini pula yang dinilai berpengaruh oleh Ibnu Jarir at-Thabari. (al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/15).
    Diantara ulama yang beropini bahwa satu hari sama dengan seribu tahun yakni al-Qurthubi. Beliau menyampaikan dalam tafsirnya,
    في ستة أيام” أي من أيام الآخرة أي كل يوم ألف سنة لتفخيم خلق السماوات والأرض….
    Dalam waktu 6 hari, maksudnya yakni hari di akhirat, bahwa satu hari sama dengan 1000 tahun, alasannya yakni besarnya penciptaan langit dan bumi. (Tafsir al-Qurthubi, 7/219)

    Bumi atau Langit Dulu?

    Ada dua hal yang perlu dibedakan terkait proses penciptaan langit dan bumi, pertama, mengawali penciptaan (Ibtida al-Khalqi) dan kedua, penyempurnaan penciptaan (Taswiyah al-Khlqi).
    Di surat Fushilat ayat 9 hingga 12 di atas, Allah menyebutkan bahwa Dia membuat bumi terlebih dahulu sebelum langit. Sehingga, secara Ibtida al-Khalqi, bumi lebih awal dibandingkan langit. Namun penyempurnaan bumi (Taswiyah al-Khlqi), gres dilakukan setelah Allah membuat langit.
    Ketika menafsirkan surat Fushilat di atas, Ibnu Katsir mengatakan,
    فذكر أنه خلق الأرض أولا لأنها كالأساس، والأصل أن يُبْدَأَ بالأساس، ثم بعده بالسقف، كما قال: هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ
    Allah menyebutkan bahwa Dia membuat bumi terlebih dahulu, alasannya yakni bumi menyerupai pondasi. Dan pertama kali, harusnya dimulai dengan pondasi. Kemudian setelahnya yakni atap. Sebagaimana yang Allah firmankan,
    هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ
    Dialah Allah, yang menimbulkan segala yang ada di bumi untuk kalian, kemudian Dia berkehendak (beristiwa) menuju langit, kemudian dijadikan-Nya tujuh langit (al-Baqarah: 29
    Ibnu Katsir melajutkan dengen menjelaskan firman Allah di surat an-Nazi’at,
    أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ
    Apakah kau lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, ( ) Dia meninggikan bangunannya kemudian menyempurnakannya, ( ) dan Dia menimbulkan malamnya gelap gulita, dan menimbulkan siangnya terang benderang. ( ) Dan bumi setelah itu dihamparkan-Nya. (30) Dia memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. ( ) Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, ( ) (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. (QS. an-Nazi’at: 27 – 33)
    ففي هذه الآية أن دَحْى الأرض كان بعد خلق السماء ، فالدَّحْيُ هو مفسر بقوله: { أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا } ، وكان هذا بعد خلق السماء، فأما خلق الأرض فقبل خلق السماء بالنص
    Dalam ayat ini disebutkn bahwa Dahyu al-Ardi (penyempurnaan bumi) dilakukan setelah membuat langit. Bentuk ad-Dahyu, ditafsirkan pada ayat, “Dia memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.” Dan ini dilakukan setelah penciptaan langit. Adapun penciptaan bumi, ini dilakukan sebelum penciptaan langit berdasarkan nash (dalil tegas). (Tafsir Ibnu Katsir, 7/165).
    Selanjutnya, Ibnu Katsir menyebutkan keterangan dari Ibnu Abbas yang diriwayat Bukhari dalam Shahihnya.
    Dari Said bin Jubair bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Ibnu Abbas beberapa ayat yang menurutnya bertentangan, diantaranya firman Allah wacana penciptaan langit dan bumi.
    Orang ini menanyakan,
    Di surat an-Nazi’at (ayat 27 – 30), Allah menyebutkan bahwa Dia membuat langit sebelum membuat bumi. Sementara di surat Fushilat (ayat 9 – 12) Allah menyebutkan bahwa Dia membuat bumi sebelum membuat langit.
    Jawab Ibnu Abbas,
    خلق الأرض في يومين، ثم خلق السماء، ثم استوى إلى السماء، فسواهن في يومين آخرين، ثم دَحَى الأرض، ودَحْيُها: أن أخرج منها الماء والمرعى، وخلق الجبال والجماد والآكام وما بينهما في يومين آخرين، فذلك قوله: {دَحَاهَا} وقوله { خَلَقَ الأرْضَ فِي يَوْمَيْنِ } فَخُلِقت الأرض وما فيها من شيء في أربعة أيام، وخلقت السماوات في يومين
    Allah membuat bumi dalam 2 hari, kemudian Dia membuat langit. Kemudian dia beristiwa ke atas langit, kemudian Allah sempurnakan langit dalam 2 hari yang lain. Kemudian Allah daha al-Ardha (menyempurnakan bumi). Bentuk penyempurnaan bumi yakni dengan Dia keluarkan dari bumi mata air, tumbuh-tumbuhan, Allah ciptakan gunung, benda mati, dataran tinggi, dan segala yang ada di antara langit dan bumi, dalam 2 hari. Itulah makna firman Allah, “Bumi dihamparkannya.” Sementara firman Allah, “Dia membuat bumi dalam 2 hari.” Diciptakanlah bumi dan segala isinya dalam 4 hari dan diciptakan semua langit dalam 2 hari. (HR. Bukhari secara Muallaq hingga al-Minhal, 16/85).
    Kesimpulan dari keterangan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma,
    Allah membuat bumi 2 hari belum tepat dan belum ada isinya. Kemudian membuat semua langit dalam 2 hari, dan terakhir Allah mengisi bumi dengan tumbuhan, gunung, benda-benda dalam 2 hari.
    Allahu a’lam.
    Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)




    Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui gosip menarik lainnya  @Tahukah.Anda.News

    republished by Ayo Jalan Terus! -  Suarakan Fakta dan Kebenaran ! 



    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 Comments:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Bagaimana Asal Penciptaan Langit & Bumi Berdasarkan Al-Quran ? Rating: 5 Reviewed By: Admin
    Scroll to Top